JNGOLD.ID - Kamu pasti sering dengar istilah spread dalam investasi emas, baik saat kamu mau beli ataupun jual emas. Bagi yang baru mulai investasi emas, istilah ini mungkin terdengar asing dan membingungkan. Tapi sebenarnya, konsep spread itu cukup sederhana, kok.
Saat kamu mau beli emas di toko, harga yang kamu bayar biasanya lebih tinggi daripada harga ketika kamu ingin jual kembali emas tersebut. Nah, selisih antara harga beli dan harga jual inilah yang disebut dengan spread.
Misalnya, kamu beli emas 1 gram seharga Rp1.100.000. Tapi ketika kamu ingin jual kembali ke toko, harganya cuma Rp1.050.000. Nah, Rp50.000 itu adalah spread-nya.
Spread ini sebenarnya adalah bentuk keuntungan atau margin bagi penjual emas, seperti toko emas, butik perhiasan, atau platform jual beli emas digital. Sama seperti bisnis lain yang mengambil untung dari selisih harga beli dan jual.
Tapi bukan cuma soal keuntungan penjual, spread juga mencerminkan beberapa hal, seperti:
Biaya produksi (terutama untuk emas batangan kecil atau emas perhiasan),
Biaya distribusi dan penyimpanan,
dan juga faktor fluktuasi pasar.
Maka dari itu, saat kamu sedang lihat-lihat harga emas, jangan cuma fokus di harga jualnya aja. Perhatikan juga spread-nya. Karena semakin kecil spread, semakin cepat kamu bisa break even alias balik modal saat jual emas nanti.
Contohnya, emas batangan biasanya punya spread lebih kecil dibanding emas perhiasan. Karena perhiasan emas punya tambahan biaya desain, pengerjaan, dan model yang ikut masuk ke harga jualnya. Jadi nggak heran kalau pas dijual lagi, harganya bisa turun lumayan jauh.
Lalu, apa yang dapat mempengaruhi spread? Yuk kita bahas tiga faktor utamanya!
Likuiditas Pasar
Pernah dengar istilah likuiditas?
Simpelnya, likuiditas menggambarkan seberapa mudah suatu aset (dalam hal ini emas) bisa dibeli atau dijual di pasar tanpa bikin harganya berubah drastis.
Semakin likuid suatu pasar, artinya semakin banyak pembeli dan penjual yang aktif.
Nah, jika pasar emas likuid, spread biasanya lebih kecil, karena penjual merasa lebih aman: emas yang mereka pegang mudah dijual kembali kapan saja. Tapi jika pasar sepi, spread cenderung diperlebar untuk mengantisipasi risiko kesulitan menjual kembali emasnya.
Volatilitas adalah seberapa besar harga emas bisa berubah dalam waktu singkat. Kalau kamu lihat harga emas naik turun drastis dalam beberapa hari, itu artinya pasar sedang volatil.
Nah, saat volatilitas tinggi, spread sering kali jadi lebih lebar.
Kenapa? Karena penjual emas perlu "main aman", mereka memberi jarak lebih besar antara harga beli dan harga jual agar tetap untung meski harga emas tiba-tiba berubah.
Sebaliknya, saat pasar stabil, spread bisa lebih tipis, karena risikonya lebih rendah.
Spread juga sangat dipengaruhi oleh jenis emas yang kamu beli.
Emas batangan (logam mulia) umumnya punya spread lebih kecil, apalagi kalau dari brand terpercaya dan bersertifikat. Karena fungsinya memang untuk investasi, dan mudah dijual kembali.
Emas perhiasan biasanya punya spread lebih besar, karena selain nilai emasnya, ada juga biaya desain, pembuatan, dan model. Tapi sayangnya, nilai-nilai tambahan itu nggak diperhitungkan saat kamu jual kembali. Jadi yang dihitung cuma kadar emasnya, makanya spread-nya lebar.